MAKALAH
REKAYASA AKUAKULTUR
“Penggunaan
UV, Ozon, dan Klorin sebagai desinfeksi dalam sistem Resirkulasi”
DISUSUN OLEH:
AFRIANSYAH HASAN ACHMAD
2014-65-003
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU
KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2015
KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan
kasih dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah
ini dengan judul “Penggunaan UV, Ozon, dan Klorin sebagai desinfeksi dalam sistem Resirkulasi”
.
Menyadari keterbatasan dan kemapuan
saya dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan
kritik yang sifatnya membangun dari pembaca sangat saya harapkan guna
menyempurnakan makalah ini agar dalam pebuatan makalah selanjutnya kesalahan
saya dapat diperbaiki.
Semoga
makalah ini dapat di terima sebagai bahan pembelajaran kepada pembaca. Akhir
kata saya memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.
Sekian
dan terima kasih.
Ambon,
22 November 2015
|
DAFTAR ISI
Ø HALAMAN JUDUL
Ø KATA PENGANTAR
Ø DAFTAR ISI

A.
Latar Belakang
B.
Rumusan masalah
C.
Tujuan

2.1
Desinfeksi dengan ultra violet (UV)
A.
Keefektifan penggunan UV
B.
Cara kerja UV
C.
Dosis UV
D.
Parameter UV
E. Keuntungan dan kerugian penggunaan UV
2.2
Desinfeksi dengan ozon
A. Penggunaan desinfeksi ozon
B. Pelemahan dan kelebihan ozon
2.3 Desinfeksi dengan
klorinasi
A. Cara kerja
klorin
B. Prinsip
pemberian klorin
C. Metode klorinasi
D. Keutungan klorinasi
E. Kelemahan
klorinasi
F. Pencegahan
efek samping klorinasi

A. Kesimpulan
B. Saran

BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Desinfektan merupakan bahan kimia
yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik
seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh kuman penyakit lainnya.
Desinfektan, bertujuan untuk membunuh bakteri pathogen yang masih terdapat
dalam air yang sudah melalui tahap filter.
Pada dasarnya ada persamaan jenis
bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tapi tidak semua
bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam
penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak
jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan
desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi,
yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan
desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.
Walaupun kita sering menggunakan
produk desinfektan, sebagian besar konsumen tentunya belum mengenal jenis bahan
kimia apa yang ada dalam produk tersebut. Padahal bahan kimia tertentu
merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas
dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan.
Desinfektan yang digunakan dapat
berbentuk serbuk, larutan, maupun gas.Jenis desinfektan yang biasa digunakan
adalah larutan kaporit, gas khlor, gas ozon, gelombang mikro, maupun
ultraviolet. Pada makalah ini akan khusus membahas proses desinfeksi yang akan
digunakan adalah proses desinfeksi klorinasi, ozon, dan UV.
B. Rumusan masalah
1.
Bagaimana
proses desinfeksi dengan menggunakan proses UV ?
2.
Bagaimana
proses desinfeksi dengan menggunakan proses ozonisasi ?
3.
Bagaimana
proses desinfeksi dengan menggunakan sinar Klorinasi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui proses desinfeksi dengan menggunakan
proses UV.
2. Mengetahui proses desinfeksi dengan menggunakan
proses ozonisasi.
3. Mengetahui proses desinfeksi dengan menggunakan
sinar Klorinasi.
BAB II
ISI
2.1 Desinfektan dengan UV
Cahaya ultraviolet (UV) adalah Cahaya yang tidak dapat dilihat oleh mata
dan merupakan radiasi elektromagnetik yang berada pada kisaran panjang
gelombang 1 – 400 nm (Lekang, 2007).
Disinfeksi merupakan proses
untuk membebaskan air minum dari mikroorganisme pathogen. Proses desinfeksi
pada pengolahan air minum dapat menggunakan sinar ultra violet (UV).
Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 200 nm – 300 nm (disebut
UV-C) dapat membunuh bakteri, spora, dan virus.Panjang gelombang UV yang paling
efektif dalam membunuh bakteri adalah 265 nm.Metode Ultraviolet
(UV) digunakan sebagai desinfektan sebelum air didistribusikan ke seluruh water
tap. Radiasi UV dapat mempengaruhi mikroorganisme dengan mengubah DNA dalam
sel. Penggunaan UV bukan untuk menghilangkan organisme dalam air, UV hanya
menginaktifkan organisme.
Dulu disinfeksi UV lebih efektif
untuk bakteri dan virus, yang memiliki lebih terkena bahan genetik,
dibandingkan patogen yang lebih besar yang memiliki lapisan luar atau bentuk
kista yang menyatakan (misalnya, Giardia) yang melindungi DNA mereka dari sinar
UV.Namun, baru-baru ini menemukan bahwa radiasi ultraviolet bisa juga efektif
untuk mengobati Cryptosporidium mikroorganisme.Temuan mengakibatkan penggunaan
radiasi UV sebagai metode yang layak untuk mengobati air minum.
Keefektifan penggunaan UV menghapus kuman penyakit di lingkungan seperti
itu tergantung pada sejumlah faktor: lamanya waktu organisme mikro-terkena UV,
fluktuasi daya dari sumber UV yang mempengaruhi panjang gelombang EM, kehadiran
partikel yang dapat melindungi mikro -organisme dari UV, dan kemampuan
organisme mikro-untuk menahan
UV selama eksposur.
Dalam banyak sistem redundansi dalam mengungkap
mikro-organisme untuk UV dicapai dengan sirkulasi udara atau air berulang kali.
Hal ini memastikan beberapa melewati sehingga UV yang efektif terhadap jumlah
tertinggi mikro-organisme dan akan menyinari tahan mikro-organisme lebih dari
sekali untuk menghancurkan mereka.
Efektivitas dari bentuk sterilisasi juga tergantung pada line-of-sight
paparan dari mikro-organisme ke sinar UV. Lingkungan di mana desain menciptakan
hambatan yang menghalangi sinar UV tidak efektif. Dalam lingkungan seperti
efektivitas ini kemudian bergantung pada penempatan sistem UV sehingga
line-of-sight optimum untuk sterilisasi. Hal ini mempertimbangkan fenomena yang
dikenal sebagai perbaikan terang dan gelap (photoreactivation dan eksisi
masing-masing) di mana DNA dalam bakteri akan memperbaiki sendiri setelah rusak
oleh sinar UV.
Efektivitas proses ini juga tergantung
pada waktu kontak dan intensitas lampu serta kualitas air yang akan diolah.
Sinar UV tidak menambahkan rasa dan bau. Sinar UV adalah desinfektan yang
sangat efektif, walaupun proses desinfeksi hanya dapat terjadi di dalam unit.
Persentase mikroorganisme yang hancur tergantung pada intensitas dari lampu UV
dan waktu kontak.
Sterilisasi UV dalam yang
sering di gunakanda akuarium dan kolam untuk membantu mengontrol mikroorganisme
yang tidak di inginkan di dalam air. Radiasi UV juga memastikan bahwa pathogen
tidak dapat bereproduksi, sehingga mengurangi kemungkinan terjadi wabah penyakit
di akuarium.
A. Cara kerja UV
Penelitian terhadap virus menunjukan
bahwa pada awalnya UV merusak viral genome, selanjutnya merusak struktur
pelindung virus.
Radiasi
UV merusak DNA pada panjang gelombang 200-300 nm dan yang paling efektif adalah
264 nm untuk menghalangi replikasi DNA
dan efektif menginaktifasi mikroorganisme.
Mekanisme kerja UV adalah melepaskan
poton yang akan diserap oleh DNA mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan DNA
sehingga proses replikasi DNA akan terhambat. Pada keadaan ini, mikroorganisme
akan mati secara perlahan karena tidak dapat mengatur metabolisme sel dan tidak
dapat berkembang biak. DNA yang tersusun dari rantai dasar nitrogen berupa purine
dan pyrimidine dimana purine terdiri dari adenine dan guanine,
sedangkan pyrimidine terdiri dari thymine dan cytosine.
Dalam proses penyerapan poton oleh DNA, energi yang dimiliki oleh poton akan
mengakibatkan terputusnya rantai hidrogen yang menghubungkan antara thymine dan
cytosine yang mengakibatkan kerusakan DNA.
Factor-faktor yang dapat
mempengaruhi cara kerja UV yakni : kecerahan, ketebalan lapisan air dan
kecepatan air.
B.
DOSIS UV
Salah satu metode untuk mengukur efektivitas UV alah untuk
menghitung dosis uv. Dosis melibatkan parameter berikut:
- laju alir (mencerminkan waktu kontak)
- transmitansi (memantulkan cahaya mencapai target)
- kekeruhan (“mendung”)
- Lampu usia (mencerminkan pengurangan intensitas UV)
- lampu fouling
- % Aktif lampu (lampu padam mencerminkan di setiap bank lampu)
Dosis UV yang diberikan dapat
dihitung dengan perkalian antara intensitas poton yang diberikan dengan lamanya
waktu pemaparan yang diberikan.Satuan yang digunakan adalah mJ/cm2.
Dalam pengolahan menggunakan UV dikenal D10 yang didefinisikan
sebagai dosis yang dibutuhkan untuk mengurangi mikroorganisme hingga 90% dari
total mikroorganisme dalam air yang diolah. Berikut adalah tabel dosis UV
terhadap Jumlah E.Coli dalam Pengolahan Air
Dosis Uv (mJ/cm2)
|
Pengurangan jumlah E.coli
|
5.4
|
90 %
|
10.8
|
99 %
|
16.2
|
99.90 %
|
21.6
|
99.99 %
|
Sumber : Hanovia Ltd. Jerman
Sinar UV dihasilkan dari lampu UV
yang pada dasarnya hampir sama dengan lampu fluorescent (lampu neon).
Tabung lampu diisi dengan gas inert, biasanya argon dan merkuri, dengan jumlah
terbatas. Berdasarkan tekanan dalam tabung, lampu UV dibedakan menjadi 2 yaitu
lampu UV bertekanan rendah (LowPressure UV) dan lampu UV bertekanan
sedang (Medium Pressure UV). Perbedaan tekanan dalam tabung lampu akan
berpengaruh pada gelombang elektromagnetik yang dihasilkan.
1.
Lampu UV bertekanan rendah (Low
Pressure UV)
Lampu UV bertekanan rendah (Low
Pressure UV) merupakan lampu UV yang sering digunakan dalam sistem UV dan
merupakan sumber UV yang paling lama digunakan.Lampu ini mempunyai tegangan
kerja sebesar 120 volt sampai 240 volt.Tekanan udara dalam lampu kurang dari 10
Torr (1 Torr = 1,316 x 10-3 atm). Spektrum elektromagnetik yang
dihasilkan dari lampu jenis ini sebesar 253 nm.Temperatur optimal operasi dari
lampu UV bertekanan rendah adalah 15 oC.Temperatur ini makin berkurang
dengan pertambahan suhu lampu. Lampu ini tidak dianjurkan untuk digunakan dalam
pengolahan air yang tidak mengalir secara kontinyu karena akan mengurangi
efektifitas pengolahan seiring dengan kenaikan suhu lampu dan pengurangan poton
yang dikeluarkan oleh lampu. Unit pengolahan UV dengan lampu bertekanan rendah
dianjurkan untuk mengolah air dengan debit yang kecil. Lampu UV dengan daya 65
watt mampu mengolah air dengan debit 2.5 liter per detik. Ketika diperlukan
penambahan debit, dibutuhkan penambahan lampu UV untuk menjaga kualitas air
hasil pengolahan.
2. Lampu
UV bertekanan sedang (Medium Pressure UV)
Lampu UV bertekanan sedang (Medium
Pressure UV) mempunyai tekanan udara dalam tabung sekitar 102
sampai dengan 104 Torr.Lampu ini mempunyai berbagai macam bentuk
dengan bentuk umum yang sering digunakan adalah lampu tabung dengan bentuk
melingkar (arc tube).Rentang spektrum gelombang elektromagnetik yang
dihasilkan dari lampu UV bertekanan sedang cukup besar, yaitu antara 200 nm
sampai dengan 280 nm. Daya listrik yang diperlukan untuk mengoperasikan unit UV
ini sangat besar, yaitu antara 0,4 kW sampai dengan 7 kW. Lampu UV bertekanan
sedang mampu beroperasi sampai temperatur antara 600 oC – 900 0C.
Unit pengolahan UV menggunakan lampu bertekanan sedang dianjurkan untuk
instalasi pengolahan air yang mempunyai debit pengolahan yang besar, hingga
mencapai 170 lt/dtk, hanya dengan menggunakan satu lampu UV. Karena
kemampuannya untuk menghasilkan spektrum gelombang elektromagnetik yang cukup
besar, unit pengolahan UV menggunakan lampu UV bertekanan sedang dapat
digunakan untuk proses fotokimia, misalnya untuk proses deklorinasi dan
deozonisasi. Tabel 2.9 memberikan perbandingan antara lampu UV bertekanan
rendah dengan lampu UV bertekanan sedang.
C. PARAMETER ULTRA VIOLET (UV)
Parameter
|
Lampu UV
Bertekanan Rendah |
Lampu UV
Bertekanan Sedang |
Spektrum UV
|
Sempit
|
Lebar
|
Panjang Gelombang UV
|
Sekitar 254 nm
|
200 nm – 280 nm
|
Efisiensi daya listrik menjadi
UV-C
|
40 %
|
15 %
|
Daya Lampu
|
0.5 W/cm
|
100 W/cm
|
Flux radiasi UV-C
|
0.2 W/cm
|
15 W/cm
|
Input Daya Listrik
|
5 – 80 W
|
0.4 – 7 Kw
|
D. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGGUNAAN UV

1.
Tidak ada zat kimia yang dilarutkan
dalam air sehingga kualitas air tidak terpengaruh.
2. Tidak
menimbulkan efek pada kapasitas disinfeksi
3. Tidak
menghilangkan rasa, bau dan warna
4. Waktu
pemaparan yang singkat
5. Tidak
membutuhkan tempat yang luas dan energy yang besar

1.
Spora,
kista dan virus lebih susah didesinfeksi dari pada bakteri.
2.
Membutuhkan
banyak UV karena diserap zat lain
3.
Tidak
ada residu, sehingga diperlukan disinfektan sekunder.
4.
Peralatan
yang mahal dan energy listrik yang dibutuhkan besar
5.
Seringkali,
perawatan alat yang mahal diperlukan untuk memastikan energy yang stabil dan
densitas yang relatif seragam
2.2 DESINFEKSI DENGAN OZON
Ozon
ditemukan pertama kali oleh Van Marun pada tahun 1785 dengan mengalirkan arus
listrik dalam gas oksigen.Dari peristiwa itu kemudian timbul bau yang aneh dan
dapat mengusamkan perak. Hal yang sama juga terjadi pada waktu Cruickshank
tahun 1801 mengelektrolisa oksigen. Pada tahun I840, Schonbien menamakan gas
yang berbau khas itu dengan nama ozon (dari bahasa Yunani, “ozo” yang artinya : saya cium). Oleh Soret, 1808 dan
juga oleh Ladenberg. 1898; gas ini dinyatakan mempunyai rumus kimia O3.
Proses
ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses ozonisasi
atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies dari
Prancis sebagai metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906. Penggunaan
proses ozonisasi kemudian berkembang sangat pesat. Dalam kurun waktu kurang
dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300 lokasi pengolahan air minum menggunakan
ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika.
Metode
ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi bahan makanan, pencucian
peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada ruangan kerja di
perkantoran.Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon yang
dikenal memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa disekitarnya)
serta memiliki oksidasi potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat dengan
mudah dibuat dengan menggunakan plasma seperti corona discharge.
Pada
lapisan atmosfir bumi, ozon dapat terjadi karena pengaruh sinar ultra violet
terhadap oksigen di udara.Di laut, percikan air garam ke udara dan pada waktu
penguapan air laut ke udara, juga menghasilkan ozon.Ozon dapat terjadi dari gas
oksigen yang menyerap energi sebesar 68 kkal.
Ozon
mampu menguraikan komponen organik termasuk asam humus. Dengan ozon, asam humus
akan terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana dan bersifat biodegradable
dan lebih polar karena terbentuk gugus karboksil dan gugus karboksilat. Asam
humus dengan ozon akan menghasilkan : aldehid, keton, asam format, asam
glioksilat, asam polikarboksilat, dan asam oksalat.
Beberapa
sifat lain dari ozon dilaporkan oleh Parkes .(1903) di antaranya adalah berbau
tidak enak (seperti bau belerang dan ada yang bilang seperti bau klorin).
Apabila kita menghirup udara yang mengandung ozon terlalu lama, akan
mengakibatkan sakit kepala, tapi kalau hanya sebentar dapat menyegarkan.
Disebutkan juga bahwa ozon mengandung gugus oksidasi yang sangat kuat, bahkan
dapat merusak karet dan gabus.
Ozon
juga bersifat bakterisida, virusida, algisida, fungisida, serta mengubah
senyawa organik kompleks minyak senyawa yang lebih sederhana. Sedangkan
sifat-sifat fisika ozon seperti yang dilaporkan antara lain :
-
berat molekul,
M
: 48
-
titik leleh, °K
: 80,5
-
titik didih,
°K
: 161,3
-
volume,
ml/mol
: 147,1
-
tegangan permukaan pada 90°
K, dyne / c m : 38,4
-
potensial ionisasi,
ev
: 12,3 ± 0,1
-
potensial redoks,
a
O3 + 2H + 2e
O2
+ H2C + 2,07
b
O3 + H2O
+ 2e
O2
+ 2CH + 1,24
A.
PENGGUNAAN
DESINFEKSI DENGAN OZON
Untuk
pertama kali penggunaan ozon dalam proses pengolahan air dalam skala besar,
diperkenalkan oleh Marius Paul Otto pada tahun 1907 di Nice Perancis. Pada
pengolahan pertama berhasil memproduksi air olahan 22500 m3 per hari
dengan dosis pemakaian ozon 0,9 g per meter kubik. Proses pengolahan ini
berhasil menghilangkan warna dan bakteri pathogen tanpa meninggalkan bau dan
rasa.
B.
KELEMAHAN
DAN KELEBIHAN OZON
Beberapa
keuntungan yang diperoleh dari penggunaan ozon dalam proses pengolahan air
seperti: dapat membunuh mikroorganisme yang terdapat di dalam air (bersifat
bakterisida, algasida, fungisida dan virusida); dapat menghilangkan bau dan
rasa yang umumnya disebabkan oleh komponen organik dan anorganik yang terdapat
di dalam air, dan tidak menimbulkan bau ataupun rasa yang umumnya terjadi
dengan penggunaan bahan kimia lain sebagai bahan pengolahan.
Melalui proses oksidasinya pula
ozon mampu membunuh berbagai macam mikroorganisma seperti bakteri Escherichia
coli, Salmonella enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai
mikroorganisma patogen lainnya (Crites, 1998). Melalui proses oksidasi langsung
ozon akan merusak dinding bagian luar sel mikroorganisma (cell lysis)
sekaligus membunuhnya. Juga melalui proses oksidasi oleh radikal bebas seperti
hydrogen peroxida (H2O2) dan hydroxyl radikal (OH) yang
terbentuk ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan perkembangan teknologi,
dewasa ini ozon mulai banyak diaplikasikan dalam mengolah limbah cair domestik
dan industri.
Hidroksil
radikal berkekuatan untuk mengoksidasi senyawa organik juga dapat dipergunakan
dalam proses sterilisasi berbagai jenis mikroorganisma, menghilangkan bau, dan
menghilangkan warna, mengoksidasi senyawa organik serta membunuh bakteri
patogen yang banyak.
O3 merupakan gas tidak
stabil, akan lenyap dalam beberapa menit, tidak meninggalkan sisa desinfektan
selama air berada dalam sistem, hal ini merupakan kesulitan untuk mengontrol
dosis ozon yang digunakan. Hal ini diatasi dengan pemeriksaan bakteriologis
yaitu terhadap sampel sebelum dan sesudah pembubuhan Ozon.
Pembuatan ozon memerlukan pesawat
khusus (ozonisator) yang memerlukan energi yang besar, sehingga biaya investasi
dan operasi relatif besar, sehingga Ozonisasi menjadi lebih mahal untuk
digunakan.Walaupun demikian ada keuntungan jika Ozon digunakan untuk mengolah
air berwarna alami(mengandung zat humus), karena pemakaian Ozon sebagai
pengganti klor/senyawa klor lebih aman dihubungkan dengan pembentukan halogen
terklorinasi (haloform) yang dikenal dengan trihalometan (THMs).
Keunggulan :
Oksidan kuat khususnya digunakan untuk menghilangkan Fe dan Mn,
biasanya digunakan untuk pengolahan air minum dengan misi komersial dan air
dalam kemasan botol (Aqua, dll).
Kelemahan :
Stabil di dalam jaringan pipa; terbentuk produk samping (seperti
Bromat, asam hidrokarbonat), lalu air yang telah di-“ozon” harus difilter
menggunakan filter karbon aktif terlebih dahulu sebelum diozonisasi.
2.3
PENGGUNAAN DESINFEKSI KLORINASI
Klorinasi merupakan salah satu bentuk pengolahan air
yang bertujuan untuk membunuh kuman dan mengoksidasi bahan-bahan kimia dalam
air. Klorinasi (chlorination) adalah
proses pemberian klorin ke dalam air yang telah menjalani proses filtrasi dan
merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi air. Klorin ini banyak
digunakan dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang, dan air minum di
negara-negara sedang berkembang karena sebagai desinfektan, biayanya relatif
murah, mudah, dan efektif. Senyawa-senyawa klor yang umum digunakan dalam
proses klorinasi, antara lain, gas klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida,
bromine klorida, dihidroisosianurate dan kloramin. Bentuk bentuk klorin di
pasaran:
a.
Liquid/gas
–Cl
b.
Ca(OCl)2
c.
NaOCl
Reaksi
dengan air:
Cl2
(aq)+ H2O(l)↔ HOCl(aq)+ H+(aq)+ Cl-(aq)
Keq= 4x10-4=
[H+][Cl-][HOCl]/[Cl2]
HOCl adalah
asam lemah:
HOCl(aq)↔
H+(aq)+ OCl-(aq)
Keq=
2.7x10-8= [H+][OCl-]/[HOCl]
Pembagian
Reaksi Klorin:
1. Tahap 1
Terjadi
pemecahan klorin oleh senyawa pereduksi
2. Tahap 2
Terbentuk
komplek kloro-organik
3. Tahap 3
Terjadi
reaksi ammonia dengan klorin
4. Tahap 4 (penyebab penurunan Cl2)
Pemecahan
kloramin dan senyawa komplek kloro-organik
5. Tahap 5
Terbentuk
klorin bebas
A. CARA KERJA
KLORIN
Klorin dalam
air akan berubah menjadi asam klorida. Zat ini kemudian di netralisasi oleh
sifat basa dan air sehingga akan terurai menjadi ion hydrogen dan ion
hipoklorit.
Klorin
sebagai disenfektan terutama bekerja dalam bentuk asam hipoklorit (HOCl) dan
sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit (OCl-).Klorin dapat
bekerja dengan efektif sehingga desinfektan jika berada dalam air dengan pH
sekitar 7. Jika nilai pH air lebih dari 8,5, maka 90% dari asam hippokorit itu
akan mengalami ionisasi menjadi ion hipoklorit. Dengan demikian, khasiat
desinfektan yang memiliki klorin menjadi lemah atau berkurang.
Cara kerja klorin dalam membunuh kuman yaitu
penambahan klorin dalam air akan memurnikannya dengan cara merusak struktur sel
organisme, sehingga kuman akan mati. Namun demikian proses tersebut hanyak akan
berlangsung bila klorin mengalami kontak langsung dengan organisme tersebut.
Jika air mengandung lumpur, bakteri dapat bersembunyi di dalamnya dan tidak
dapat dicapai oleh klorin.
Klorin membutuhkan waktu untuk membunuh semua
organisme.Pada air yang bersuhu lebih tinggi atau sekitar 18oC,
klorin harus berada dalam air paling tidak selama 30 menit.Jika air lebih
dingin, waktu kontak harus ditingkatkan.Karena itu biasanya klorin ditambahkan
ke air segera setelah air dimasukkan ke dalam tangki penyimpanan atau pipa
penyalur agar zat kimia tersebut mempunyai cukup waktu untuk bereaksi dengan
air sebelum mencapai konsumen.
B.
PRINSIP
PEMBERIAN KLORIN
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan
ketika melakukan proses klorinasasi, antara lain:
1. Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada
air akan menghambat proses klorinasi.
2. Kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara cermat
agar dapat efektif mengoksidasi bahan-bahan organik dan dapat membunuh kuman
patogen dan meninggalkan sisa klorin bebas dalam air.
3. Tujuan klorinasi pada air adalah unutk mempertahankan
sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/l did lam air. Nilai tersebut merupakan margin
of safety (nilai batas keamanan) pada air untuk membunuh kuman pathogen
yang mengantominasi pada saat penyimpanan dan pendistribusian air.
4. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air
yang dapat di pakai untuk mebunuh kuman patogen serta untuk mengoksidasi bahan
organik dan untuk meninggalkan sisa klorin bebas sebesar 0,2 mg/l dalam air.
Berikut istilah dalam proses Klorin mematikan MO :
a) Dosis klorin/Chlorine Dosage = Jumlah klorin yang
ditambahkan, biasanya dinyatakan dalam satuan mg/l.
b) Kebutuhan klrorin/Chlorine Demand = Jumlah klorin yang
tidak tersedia sebagai desinfektan sebagai akibat reaksi dari berbagai senyawa.
c) Residu klorin/Chlorine Residual = Jumlah klorin yang
tersedia sebagai desinfektan setelah waktu kontak tertentu.
d) Ketersedian residu klorin bebas = Jumlah dari residu
klorin yang tersedia dalam air maupun air limbah. Cl2, HOCl,
dan OCl- adalah
“residu klorin bebas” karena semuanya menghasilkan klorin bebas dalam air:
Cl2(aq)
+ H2O(l) ↔ HOCl(aq) + H+(aq)
+ Cl-(aq)
OCl-(aq)
+ H2O(l) ↔ HOCl(aq) + OH-(aq)
Break Point
chlorination
e) Efektivitas klorin juga dipengaruhi oleh pH (keasaman)
air. Klorinasi tidak akan efektif jika pH air lebih dari 7.2 atau kurang dari
6.8 .
C. METODE
KLORINASI
Pemberian
klorin pada disenfeksi pada air dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu
dengan pemberian :
1.
Gas klorin
Gas klorin merupakan pilihan utama
karena harganya murah, kerjanya cepat, efisien, dan mudah digunakan.Gas klorin
harus digunakan secara hati-hati karena ini beracun dan dapat menimbulkan
iritasi pada mata.Alat klorinasi berbahan gas klorin ini disebut sebagai chloronome
equipments. Alat yang sering dipakai adalah paterson’s chloronome
yang berfungsi untuk mengukur dan mengatur gas klorin pada persedian air.
2.
Kloramin
Kloramin dapat juga dipakai dan
merupakan prsenyawaan lemah dari klorindan anaomia.Zat ini kurang memberikan
rasa klorin pada air dan sisa klorin bebas di dalam air lebih persisten walau
kerjanya lambat dan tidak ssuai untuk klorinasi dalam skala besar.
3.
Perkloron
Perkloron sering juga disebut
sebagai high test hypochlorite.Zat ini merupakan persenyawaan antara
kalsium dan 65-75% klorin yang diepaskan didalam air.
D. KEUNTUNGAN KLORINASI
Berikut beberapa kegunaan klorin:
1. Memiliki sifat bakterisidal dan germisidal.
2. Dapat mengoksidasi zat besi, mangan, dan hydrogen
sulfide.
3. Dapat menghilangkan bau dan rasa tidak enak pada air.
4. Dapat mengontrol perkembangan alga dan organisme
pembentuk lumut yang dapat mengubah bau dan rasa pada air.
5. Dapat membantu proses koagulasi.
E.
KELEMAHAN
KLORINASI
Banyak studi sudah mengungkapkan
banyaknya hasil sampingan klorinasi pada air.Penelitian terkini menyimpulkan,
bahwa kontak ibu hamil dengan klorin sebelum melahirkan dapat meningkatkan
resiko kelainan janin.
Dari berbagai studi, ternyata
orang yang meminum air yang mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar
untuk terkena kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar.Sedangkan bagi
wanita hamil dapat menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau
urat saraf tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau
bahkan dapat mengalami keguguran kandungan.Selain itu pada hasil studi efek
klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati.
F. PENCEGAHAN EFEK SAMPING KLORINASI
Untuk mengurangi efek samping
klorinasi, beberapa hal berikut dapat dilakukan :
1.
Mengurangi
Kadar Klorin Dalam Air
Dengan menggunakan Granulated
activated carbon (GAC) atau butiran karbon aktif sebagai filter air dapat
mengurangi kadar klorin dalam air. Filter air dari arang ini efektif untuk
mengurangi rasa dan bau dari air. Saringan
air sederhana
yang menggunakan arang sebagai salah satu bahan untuk saringan dapat digunakan
untuk mendapatkan air minum dengan penyaringan air minum
sederhana. Tetapi cara terbaik adalah tidak menggunakan klorin untuk disinfeksi
air minum dan sebagai gantinya dapat
digunakan cara
sederhana untuk melakukan disinfeksi pada air minum.
2. Mencegah Klorin Masuk ke Dalam Tubuh
Yaitu dengan menggunakan air
sehemat dan seoptimal mungkin untuk mandi (baik shower ataupun berendam),
mencuci ataupun memasak dan sebaiknya air yang digunakan adalah air dingin.
Lalu membuka jendela atau ventilasi agar udara yang mengandung klorin dapat
keluar dan digantikan dengan udara yang bebas klorin.Sedangkan untuk mengatasi
bila terdapat klorin pada bak atau sumur sumber air, bak dan sumur harus sering
dikuras.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
penjelasan di atas dapat di mengerti bahwa banyak cara yang dapat di lakukan untuk
proses desinfeksi dalam pengolahan air.. proses desinfeksi dapat di lakukan
secara kimia maupun fisika dimana setiap desinfektan mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, pemilihan tiap jenis desinfeksi
harus di sesuaikan dengan tujuan yang akan di capai dengan mempertimbangkan
beberapa hal misalnya efektivitas, hasil proses desinfeksi, dampak desinfeksi,
biaya operasional dan perawatan serta pertimbangan lainnya.
B.
SARAN
Dalam
pemilihan proses desinfeksi, harus memperhatikan dosis yang tepat pada setiap
desinfeksi karena akan menimbulkan dampak yang berbeda pula..
DAFTAR PUSTAKA
·
Clark,R.M., E.J. and J.C.Hoff. 1989. Analysis of inactivationof giardia lamblia
by chlorine. Jurnal environ. Eng. Div. am soc Civ eng 115; 80-90
·
Sururi, M.R, Pdharmawati, E.,Wadhani dan Widayani,
S.,2010, efisiensi ozonisasi air tanah
dalam proses desinfeksi, Jurusan teknik lingkungan, Seminar Nasional dan sains
Teknologi-III, Lembaga penelitian, Universitas Lampung, 18-19 oktober 2010.
·
Said, N,I 2011,
Desinfeksi untuk pengolahan air minum
·
Graham, P.P.N.2005.”Treatment of a secondary municipal effluent by ozone, UV and
microfiltration: microbial reduction and effect on effluent quality.” Journal
of Desalination 186 : 47-56
·
Broadwater,W.T., Hoehn,R.C, and king,P.H, 1973,
“Sensitivity of three selected bacterial
species to ozone, Virginia, American society for microbiology, vol 26 no 23
MicroTouch Titanium trim as seen on tv - iTanium-Arts
BalasHapusMicrotouch Titanium trim as seen titanium quartz on babylisspro nano titanium hair dryer tv is an Ultra thin handle with the shape of the original titanium white fennec Zodiac signs. This razor is not one titanium lug nuts of titanium gravel bike these
h595j2pjedc748 dual stimulator,horse dildo,realistic vibrators,horse dildo,realistic vibrators,dildos,sex dolls,vibrators,horse dildo k181d9qcdqp542
BalasHapus