TUGAS
DASAR-DASAR BUDIDAYA PERAIRAN ( AQUACULTURE )
KAJIAN
BUDIDAYA DI KOLAM AIR TENANG
DI
SUSUN OLEH
NAMA
: AFRIANSYAH HASAN ACHMAD
NIM
: 2014 65 003
PRODI
: BUDIDAYA PERAIRAN ( BDP )
DEPARTEMEN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
PATTIMURA
AMBON
2015
Sistem Budidaya,sumber air,system pembuangan dan aliran
kolam air tenang yang digunakan dalam kegiatan budidaya.
,Jenis-jenis kolam
yang akan digunakan sangat tergantung kepada sistem budi daya yang akan
diterapkan. Ada tiga sistem budi daya ikan yang biasa dilakukan.
1. Tradisional/ekstensif, kolam yang digunakan adalah kolam
tanah yaitu kolam yang keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah.
2. Semi intensif, kolam yang di- gunakan adalah kolam yang
bagian kolamnya (dinding pematang) terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya
terbuat dari tanah .
3. Intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang
keseluruhan bagian kolam terdiri dari tembok .
Jenis-jenis kolam berdasarkan sumber air yang digunakan
adalah kolam air mengalir/running water dengan sumber air berasal dari sungai
atau saluran irigasi di mana pada kolam tersebut selalu terjadi aliran air yang
debitnya cukup besar (50 l/detik) dan kolam air tenang/ stagnant water dengan
sumber air yang digunakan untuk kegiatan budi daya adalah sungai, saluran
irigasi, mata air, hujan, dan lain- lain tetapi aliran air yang masuk ke dalam
kolam sangat sedikit debit airnya (0,5–5 l/detik) dan hanya berfungsi
menggantikan air yang meresap dan menguap.
Jenis-jenis kolam yang dibutuhkan untuk membudidayakan ikan
berdasar-kan proses budi daya dan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kolam antara lain kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam
pemeliharaan/pembesaran, dan kolam pemberokan induk.
Kolam pemijahan adalah kolam yang sengaja dibuat sebagai
tempat perkawinan induk-induk ikan budi daya. Ukuran kolam pemijahan ikan
bergantung kepada ukuran besar usaha, yaitu jumlah induk ikan yang akan
dipijahkan dalam setiap kali pemijahan. Bentuk kolam pemijahan biasanya empat
persegi panjang dan lebar kolam pemijahan misalnya untuk kolam pemijahan ikan
mas sebaiknya tidak terlalu berbeda dengan panjang kakaban. Sebagai patokan
untuk 1 kg induk ikan mas membutuhkan ukuran kolam pemijahan 3 × 1,5 m dengan
kedalaman air 0,75–1,00 m.
Kolam pemijahan sebaiknya dibuat dengan sistem pengairan
yang baik yaitu mudah dikeringkan dan pada lokasi yang mempunyai air yang
mengalir serta bersih. Selain itu kolam pemijahan harus tidak bocor dan bersih
dari kotoran atau rumput- rumput liar .
Kolam penetasan adalah kolam yang khusus dibuat untuk
menetaskan telur ikan, sebaiknya dasar kolam penetasan terbuat dari semen atau
tanah yang keras agar tidak ada lumpur yang dapat mengotori telur ikan sehingga
telur menjadi buruk atau rusak.Ukuran kolam penetasan disesuaikan juga dengan
skala usaha. Biasanya untuk memudahkan perawatan dan pemeliharaan larva,
ukurannya 3 × 2 m atau 4 × 3 m .
Kolam pemeliharaan benih adalah kolam yang digunakan untuk
memelihara benih ikan sampai ukuran siap jual (dapat berupa benih atau ukuran konsumsi).Kolam
pemeliharaan biasanya dapat dibedakan menjadi kolam pendederan dan kolam
pembesaran ikan. Pada kolam semi intensif atau tradisional sebaiknya tanah
dasar kolam adalah tanah yang subur jika dipupuk dapat tumbuh pakan alami yang
sangat dibutuhkan oleh benih ikan .
Kolam pemberokan adalah kolam yang digunakan untuk menyimpan
induk-induk ikan yang akan dipijahkan atau ikan yang akan dijual/diangkut ke
tempat yang jauh .
Sumber air
Kolam yang ada di Talun ,Blitar terdapat kolam
pembenihan,pemijahan dan pendederan ikan dimana sumber air kolam tersebut
diambil dari aliran sungai yang dekat dengan kolam tersebut.
Sistem pembuangan
Sistem pembuangan ini yang dimaksudkan adalah air yang kotor
akan dikumpulkan dan kemudian dibuang menuju sungai di dekat kolam tersebut.
Aliran air kolam yang digunakan
dalam kegiatan budidaya
Pada kolam tersebut menggunakan aliran air dari sungai
dengan menggunakan system budidaya inlet dan outlet kolam.Inlet dan outlet
dibuat dengan maksud untuk sirkulasi air yang masuk kedalam kolam dan air yang
masuk kedalam sistem filter.Inlet digunakan untuk memasukan air kekolam dengan
menggunakan pompa, sedangkan Outlet digunakan untuk saluran air dan kotoran
yang ada dikolam dapat masuk kedalam sistem filter.
INLET DAN OUTLET KOLAM BUDIDAYA
Disini
kami mengambil pada fase pendederan untuk menjelaskan tentang outlet dan inlet
kolam budidaya
Pendederan
adalah tahap pelepasan/penyebaran benih
(baik tumbuhan atau ikan/udang)
ke tempat pembesaran sementara.Pendederan ikan bisa dilakukan di kolam
permanen, yaitu kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari lapisan batu
bata dan semen / biasa disebut kolam tembok.Kontruksi kolam permanen harus kuat
pada sambungan-sambungan pasangan batu bata / batu kali pada lantai dasar dan
dinding kolam karena sebagai penahan air. Dasar kolam dan dinding kolam yang
tidak kuat akan mudah retak dan pecah-pecah sehingga mempercepat peresapan air
ke dalam tanah.
Bentuk
kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan ada beberapa macam antara
lain adalah kolam berbentuk segi empat / empat persegi panjang, berbentuk bujur
sangkar, berbentuk lingkaran atau berbentuk segitiga. Bentuk kolam ikan yang
ideal untuk pemeliharaan adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2
dengan kedalam kolam berkisar 1-1,5 m. Kolam untuk pendederan harus
menggunakan air yang tenang / tidak mengalir agar larva ikan tidak ikut terbawa
arus.
Dibawah
ini merupakan ilustrasi desain kolam semen.
Gambar 1. Ilustrasi Desain Kolam Pendederan Ikan.
Syarat
teknis konstruksi suatu kolam yang akan digunakan untuk membudidayakan ikan
sebaiknya mempunyai :
- Pematang kolam
Gambar 2.Pematang
Kolam Dipotong Melintang
Ukuran dinding
(pematang) kolam sebagai penahan desakan air kearah samping harus dibangun
menurut pertimbangan luas dan kedalam (tinggi) kolam.Dinding (pematang) kolam
ikan yang cukup luas dan dalam harus dibuat tebal dan kuat.Ketebalan dinding
kolam permanen dapat diperhitungkan berdasarkan ketebalan pasang batu bata atau
batu kali.Untuk kolam ukuran besar atau luas, dinding kolam harus dibangun
dengan pasangan 1 (satu) batu bata.
- Dasar kolam
Gambar 3.Dasar Kolam Dari Samping
Di
bagian tengah dasar kolam (nomor 2) dibuat parit (kemalir) yang memanjang dari
pemasukan air ke pintu pengeluaran air (monik). Kemalir dibuat selebar 30-50 cm
dengan kedalaman 10-15 cm. Kowean (nomor 3) berfungsi sebagai tempat
berkumpulnya ikan pada saat proses pemanenan, kedalamannya mencapai 40 cm dan
mempunyai panjang cm dan lebar cm. Kemiringan kolam dari pemasukan air ke
pembuangan (kemalir) sebesar 0,5%. Pada nomor 1 dan 4 merupakan gambar monik.
- Pintu air
Pintu
air kolam berfungsi untuk memasukan air atau mengeluarkan air dari kolam. Yang
dimaksud air yang masuk adalah air segar dan kaya oksigen. Sedangkan air yang
dikeluarkan adalah air kotor didasar kolam yang banyak mengandung amonia, CO2,
dan limbah metabolisme (metabolit) lainya.Inlet dan oulet kolam yang terbuat
dari beton disebut monik.Saluran pemasukan air berfungsi untuk mengalirkan air
dari sumber air keperkolaman, sedangkan saluran pembuangan berfungsi
menyalurkan air dari perkolaman ke luar.Kolam yang baik harus memiliki pintu
pemasukan air dan pintu pengeluaran air secara terpisah.Pemasukan air sebaiknya dibuat pada tempat yang lebih tinggi dari kolam dan
pengeluaran air pada bagian yang lebih rendah. Dibawah ini merupakan ilustrasi desain monik pada inlet
kolam:
Gambar 4.Pintu Masuk Air
Gambar 5. Pintu Masuk Air dari Samping
Monik
pada inlet kolam memiliki 4 kotak yang masing dipasang papan dan 1 kotak
dipasang saringan.Saringan disini menggunakan saringan yang lembut sehingga
larva ikan tidak bisa keluar.Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang
dikehendaki. Pada gambar 5, nomor 1 dipasang papan, nomor 2 dipasang saringan,
nomor 3-5 lima dipasang papan. Setelah pemasangan papan maka akan terbentuk
ruang antar papan. Pada nomor 6 diisi dengan zeolit secukupnya. Zeolit ini
mempunyai beberapa fungsi antara lain:
a.
Mampu meningkatkan
kadar oksigen terlarut dalam air (DO), khususnya elemen SiO2 dan Al2O3. Pada
tahap ini, peningkatan kadar DO secara tidak langsung terjadi akibat pengikatan
amoniak yang bersifat mereduksi.
b.
Mampu menjaga derajat
keasaman (pH).
c.
Mampu menjaga
kesadahan air (hardness). Mampu mengikat logam – logam berat, seperti Pb, Fe,
Hg, Sn, Bi dan As, yang terdapat didalam air maupun tanah dasar kolam, yang
dapat mengancam kelangsungan hidup ikan.
d.
Membantu tumbuh dan
berkembangnya fitoplankton di tambak, sehingga ketersediaan pakan alami untuk
udang selalu terjaga.
Sedangkan
pintu pengeluaran air (monik) yang
memiliki dua kotak tempat papan dan satu kotak tempat saringan. Pada gambar 7,
nomor 1 diisi dengan saringan kemudian nomor 2 dan 3 diisi dengan papan. Pada
nomor 4 dipasang pipa paralon yang
dipasang didasar kolam di bawah pematang dengan bantuan ppa berbentuk “L”
mencuat keatas sesuai denagn ketinggian air kolam. Dibawah ini merupakan
ilustrasi desain monik outlet
Gambar 6.Pintu
Keluar Air
Gambar 7.Pintu Keluar Air dari Samping
Penggunaan kolam
tembok mempunyai beberapa kelebihan diantaranya:
1. Pada tembok terjadi difusi udara
sehingga memungkinkan tumbuhnya tumbuhan renik (Pitoplankton) sehingga dengan
sendirinya akan muncul banyak binatang renik ( zooplankton ).
2. Umur Penggunaan pada kolam tembok
relatif lebih lama yakni mampu bertahan hingga 5 – 10 tahun.
3. Dengan kolam tembok telah terbukti
mampu meredam perubahan suhu sehingga suhu dalam media tetap stabil.
4. Pengaturan air yang lebih mudah
Meski mempunyai
banyak kelebihan, kolam tembok juga mempunyai beberapa kekurangannya yaitu;
1. Pembuatan kolam tembok membutuhkan
biaya relatif lebih mahal.
2. Sifatnya yang permanen sehingga tidak
bisa dipindah-pindah.
3. Menyisakan sedikit kerepotan pada saat
pemanenan tepatnya pada saat pengerukan lumpur dan pengeringan kolam.
4. Pada kolam yang baru dibuat perlu
dilakukan perendaman terlebih dahulu dengan air yang dicampur serabut kelapa
selama 2 mingguan, tujuannya agar zat-zat yang membahayakan dalam semen dapat
ternetralkan.
Syarat
kolam ikan yang baik untuk budidaya
Suatu kolam ikan
yang baik untuk budidaya harus mempunyai unsur sebagai berikut
- Luas tiap petak kolam berkisar antara 100-1000 m²
- Kedalam air antara 50-150 cm
- Pemasukan air langsung dari sumber yang belum terpolusi dan harus ada cadangan pintu pemasukan air.
- Pengeluaran air harus langsung ke saluran pembuangan
- Tekstur tanah yang baik untuk dijadikan pematang adalah yang tidak porous dan tidak mudah longsor.
- Lebar pematang antara 1-2 m.
- Air yang masuk ke dalam kolam harus jernih atau sudah melewati bak pengendapan.
KONDISI FISIK KOLAM
Kondisi fisik kolam yang ada di Blitar sudah bagus.Kolam
terdiri dari pemeliharaan ikan Gurame,ikan
koi dan Lobster air tawar dimana dalam system pemeliharaaannya menggunakan
system kolam semi intensif.
1.Budidaya Ikan Gurame
Ikan gurame merupakan salah satu komoditas unggulan ikan air
tawar yang mudah dibudidayakan serta mempunyai nilai ekonomis yang tinggi,
peluang mengusahakan gurame sebenarnya sangat terbuka sebab untuk membesarkan
gurame kini dapat dilakukan dalam waktu singkat hanya 4 – 5 bulan hingga
mencapai ukuran siap konsumsi.Perikanan budidaya khususnya ikan gurame selain
berperan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, peningkatan pendapatan petani
dan negara, juga penting dalam perluasan kesempatan kerja dan pertumbuhan
agrobisnis.
Jenis ikan gurame
Jenis gurame yang telah lama dikenal hanya dua jenis, yaitu
gurame soang dan gurame jepun, namun saat ini terdapat beberapa strain
gurame baru, ada dugaan bahwa strain-strain baru tersebut merupakan
keturuna atau perkawinan silang dari gurame soang dan gurame jepun yang
mengalami penyesuaian pada masing-masing daerah
- Gurame Porsalin
- Gurame Blusafir
- Gurame Paris
- Gurame Soang
- Gurame Jepang
- Gurame Bastar
Pembenihan Gurame
A. Pemilihan induk
Salah satu keberhasilan pemijahan ikan gurame adalah
tergantung dari cara memilih induk
yang akan dipijahkan, induk jantan dan betina yang
dipijahkan harus baik dan unggul
sehingga akan dihasilkan benih yang unggul pula, adapun
ciri-ciri induk yang berkualitas
kurang lebih adalah :
- Pilih induk yang pertumbuhan paling cepat dari satu peranakan
- Tidak cacat
- Gerakan ikan lincah
- Susunan sisik rapi, teratur, licin dan mengkilat serta tidak ada luka
- Umur produktif 4 – 10 tahun
- Berat > 20 Kg
B. Persiapan pemijahan
Persiapan pemijahan ikan gurame tersebut mencakup persiapan
kolam pemijahan dan
persiapan sarang tempat telur ikan gurame, proses pemijahan
ikan gurame membutuhkan
waktu relatif lama untuk mulai melakukan pemijahan, tidak
seperti ikan mas atau lele yang
begitu dipertemukan langsung memijah, pemijahan sangat
dipengaruhi tingkat kematangan
gonad induk dan rangsangan dari luar, proses pemijahan induk
gurame biasanya akan
berlangsung
setelah 15 – 30 hari induk dilepas ke kolam pemijahan.berikut ini persiapan
pemijahan ikan gurame :
1. Persiapan kolam pemijahan
- Kolam dikeringkan 3 – 7 hari
- Perbaikan pematang yaitu membersihkan kolam dari semua kotoran yang ada dan masuk kekolam serta memberihkan rumput liar disekitar pematang
- Setelah pengeringan kolam, kemudian dilakukan pengapuran
- Pengisian air kolam dengan air bersih dan jernih sedalam 80 cm
- setelah kolam disisi air selama 3 – 4 hari maka induk sudah bisa dimasukan kedalam kolam pemijahan
2. Mempersiapkan sarang
Agar proses pemijahan dapat berlangsung lebih cepat pembudidaya
perlu menyediakan
tempat kerangka sarang dan bahan-bahan yang diperlukan untuk
membuat bahan sarang
seperti
ijuk atau serbuk kelapa, keberadaan bahan sarang tersebut juga akan
merangsang induk cepat untuk memijah
C. Penetasan telur
Proses penetasan telur dilakukan untuk mendapatkan larva
ikan, proses penetasan telur
dilakukan dalam wadah khusus seperti aquarium, bak ember dan
paso yang ditempatkan
diruang tertutup dan terlindung, istilah ruang tertutup
adalah ruangan yang terlindung dari
pengaruh cuaca, curah hujan, angin, perubahan suhu, dan hama
predator. Persyaratan
penetasan telur dan pemeliharaan larva yaitu air harus
bersih dan jernih serta suhu udara
dan suhu air harus stabil tidak berfluktuasi. Telur yang
menetas dipelihara sehingga
menjadi larva ukuran gabah atau biji oyong, dengan lama
pemeliharaan kurang lebih 30-40
hari.Penetasan
telur dan pemeliharaan larva merupakan priode masa kritis sehingga
penanganannya harus dilakukan secara hati-hati, penetasan
telur dan pemeliharaan larva
gurame secara terkontrol mutlak dilakukan karena angka
kematian larva yang baru
menetas sampai dengan ukuran gabah atau biji oyong sangat
tinggi.
D. Pemeliharaan larva gurame
Pemeliharaan larva dilakukan dari telur menetas yaitu umur 9
– 12 hari hingga menjadi larva
ukuran gabah atau biji oyong dengan berat 0.5 gram/ekor,
pemeliharaan larva mulai
dilakukan ketika cadangan makanan atau kuning telur (yolk) yang
ada diperut larva mulai
habis yaitu umur 9 – 12 hari dari telur menetas, pakan larva
yang diberikan pasca cadanan
makanan mulai habis yaitu kutu air, dan cacing sutra, waktu
yang dibutuhkan untuk
mencapai benih ukuran gabah atau biji oyong yaitu 30 – 40
hari. Pemeliharaan larva
merupakan kegiatan yang paling menentukan keberhasilan dari
sutau pembenihan ikan
gurame. Stadia larva merupakan masa yang paling kritis dalam
siklus hidup ikan, malahan
lebih susah dari fase penetasan telur itu sendiri. Tingkat
kematian pada larva sangat tinggi,
penetasan telur dan pemeliharaan larva gurame secara
terkontrol mutlak dilakukan karena
angka kematian larva yang baru menetas sampai dengan ukuran
gabah atau biji oyong
sangat tinggi, oleh karena itu, pemeliharaan larva harus
dilakukan didalam ruangan tertutup
dan terlindung dari pengaruh cuaca, curah hujan, angin,
perubahan suhu dan hama predator.
E. Pendederan gurame
Pendederan adalah suatu kegiatan pemeliharaan benih gurame
setelah priode larva
sampai dihasilkan ukuran benih tertentu yang siap
didederkan kembali atau siap ditebarkan
dikolam pembesaran, pendederan juga merupakan tahapan
yang tepat untuk menyeleksi
benih-benih unggul, pembenihan ikan gurame dapat dilakukan
secara berulang kali, jadi
pendederan bernih gurame bisa dijadikan kegiatan yang
dilakukan sebagai suatu bisnis
tersendiri. Pendederan gurame dilakukan dari benih sebesar
gabah atau biji oyong namun
ada juga pendederan yang dimulai dari ukuran yang lebih
besar yaitu ukuran kuku. Berikut
ini ukuran yang dihasilkan dari setiap tahapan pendederan
benih gurame yaitu : 1 – 2 cm
(gabah/oyong), ukuran 2 – 4 cm (kuku), ukuran 4 – 6 cm
(silet), ukuran 6 – 8 cm (wadah
korek), sampai benih ukuran bungkus rokok 8 – 11 cm yang
selanjutnya dilakukan pada
tahap pembesaran. Kegiatan pendederan gurame hampir sama
dengan kegiatan
pembesaran gurame. kegiatan pendederan ikan gurame tersebut
meliputi persiapan
wadah/kolam, penebaran benih, pemberian pakan, pengolahan
air, pengendalian hama
dan penyakit dan pemanenan.
F. Pembesaran gurame
Pembesaran gurame adalah suatu kegiatan budidaya yang
meliputi kegiatan pra produksi,
proses produksi dan pemanenan yang bertujuan untuk
menghasilkan ikan gurame ukuran
konsumsi atau ukuran yang dikehendaki sesuai permintaan
pasar, kegiatan pembesaran
merupakan kelanjutan dari pendederan, gurame ukuran konsumsi
layak dipanen jika telah
mencapai ukuran 500 – 800 gram/ekor, namun ada juga konsumen
yang menghendaki
gurame berukuran diatas 1 kg/ekor, khususnya untuk keperluan
pesta atau hajatan.
Pembesaran gurame secara intensif disarankan dilakukan
secara monokultur yaitu dalam
satu kolam hanya dipelihara ikan gurame saja. Hal ini
dikarenakan gurame sangat lambat
ketika menyantap makanan, jika gurame dilakukan secara
polikultur dimana dalam satu
kolam dipelihara dua atau lebih ikan dikhawatirkan pakan
yang seharunya dimakan gurame
terlebih dahulu dimakan ikan pesaing sehingga pertumbuhan
gurame tidak optimal. Benih
gurame yang diigunakann untuk kegiatan pembesaran yaitu
minimal berukuran 100 g/ekor,
umumnya benih yang digunakan untuk kegiatan pembesaran
berukuran 200 – 250 g/ekor,
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran konsumsi minimal
500 g/ekor yaitu 4 – 5
bulan. Adapun kegiatan dalam proses produksi pembesaran ikan
gurame umumnya
meliputi
- Persiapan kolam atau wadah
- Penebaran benih
- Pemberian pakan
- Pengolahan air
- Pengendalian hama dan penyakit
- pemanenan
G. Pakan
Pakan adalah sumber energi bagi mahluk hidup, pakan
dibutuhkan untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan ikan gurame, pakan gurame
terdiri dari pakan alamai
(hijauan) tumbuhan dan pakan buatan (pelet),
pakan tersebut dibutuhkan untuk menunjang
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan gurame, jika pakan
diberikan sesuai dengan
kebiasaan makan gurame makan gurame dan mengandung gizi
tinggi maka pertumbuhan
gurame dapat terpacu lebih cepat. Pakan alami sangat bagus
diberikan pada ikan yang
masih dalam stadia larva atau benih, contoh pakan alami
untuk larva atau benih gurame
tersebut adalah kutu air, cacing sutra dan arthemia sp,
sedangkan pakan tumbuhan adalah
pakan yang diberikan dalam bentuk apa adanya kepada ikan
seperti daun-daunan.
H. Pengendalian hama dan penyakit
Ikan yang dipelihara tidak akan lepas dari gangguan atau
serangan hama dan penyakit,
serangan hama dan penyakit ikan bisa datang dan menyerang
ikan secara tiba-tiba tanpa
diketahui sebelumnya, hama dan penyakit tersebut dapat
mengancam kelangsungan hidup
gurame dari stadia telur, larva, benih sampaj gurame dewasa.
Seranan hama dan penyakit
ini dapat menyebabkan produksi ikan menurun dan dapat
menimbulkan kematian secara
masal sehingga gagal panen, oleh karena itu penanganan hama
dan penyakit pada
gurame merupakan
faktor yang perlu mendapat perhatian. Pengendalian hama dan
penyakit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pencegahan
dan pengobatan. Pencegahan
adalah
upanya untuk menjaga agar tidak terjadi serangan sedangkan pengobatan
merupakan upanya untuk mengobati ikan-ikan yang terserang hama dan penyakit agar
merupakan upanya untuk mengobati ikan-ikan yang terserang hama dan penyakit agar
sehat kembali.
Pencegahan hama dan penyakit ikan merupakan cara yang
efektif dibandingkan dengan
pengobatan karena biaya lebih murah dan tidak ada efek
sampingan terhadap ikan dan
orang yang mengkonsumsi ikan. Penyakit yang menyerang
ikan merupakan suatu proses
hubungan antara tiga faktor yaitu lingkungan, ikan dan
jasad penyakit. Ikan yang terserang
jasad penyakit merupakan hasil interaksi yang tidak
serasi antara lingkungan, ikan dan
organisme penyebab penyakit, misalnya lingkungan yang
tidak sesuai adalah perubahan
suhu yang mendadak yang dapat menyebabkan ikan stres
sehingga ikan menjadi lemah
dan mudah terserang penyakit. selain faktor tersebut
hama dan penyakit umumnya
menyerang setelah ikan mengalami gangguan fisik, kurang
gizi akibat mutu pakan yang
jelek,
menurunnya kualitas air kolam, sanitasi lingkungan yang buruk serta
pengetahuan dan
kemampuan petani ikan yang masih terbatas soal hama dan
penyakit ikan.
2.Budidaya Ikan Koi
Ikan Koi termasuk ke dalam golongan
ikan carp (karper). Harga Koi sangat ditentukan berdasarkan bentuk badan dan
kualitas tampilan warna. Ikan koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun
265 dan 316 Masehi. Koi dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang
kita ketahui saat ini, mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di
pegunungan Niigata oleh petani Yamakoshi.
Taksonomi koi adalah sebagai
berikut:
Philum:Chordata
Kelas :Actinopterygii
Ordo :Cyprinoformes
Famili :Cyprinidae
Genus :Cyprinus
Spesies: Carpio
Nilai koi tergantung dari ukuran, bentuk serta keseimbangan pola dan intensitas warna kulit.Koi terbaik adalah yang memiliki intensitas, keseimbangan dan kejernihan warna terbaik. Membeli koi kecil sebaiknya dipilih yang memiliki kepala terbesar, biasanya akan tumbuh menjadi ikan dengan tubuh besar. Bentuk yang paling baik adalah seperti “torpedo”.
1. Pemilihan lokasi & konstruksi wadah
Ikan koi secara alami hidup di air deras sehingga membutuhkan air jernih dan berkadar oksigen tinggi.Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di kolam sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk merangsang pewarnaan tubuh.Kolam sebagian dinaungai karena sinar matahari yang terlalu banyak menyebabkan suhu air kolam meningkat dan air kolam menjadi keruh akibat blooming fitoplankton.
Koi berukuran kecil dapat
ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat menjadi habitat permanen.
Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan belajar untuk tidak mengganggu ikan
yang berukuran sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil. Koi suka menggali
dasar kolam sehingga menyebabkan akar tanaman rusak.
2. Teknik Budidaya
2.1 Kualitas Air
Air merupakan media hidup dan mempengaruhi kualitas tampilan ikan koi sehingga perlu mendapat perhatian. Kualitas air untuk mendukung perkembangan koi secara optimum adalah sebagai berikut:
- suhu air berkisar 24-26oC,
- pH 7,2-7,4 (agak basa),
- oksigen minimal 3-5 ppm,
- CO2 max 10 ppm,
- nitrit max 0,2.
Air yang digunakan harus
terdeklorinisasi atau sudah disaring dan diendapkan 24 jam.Air yang digunakan
untuk pemijahan dan penetasan telur sebaiknya memiliki kandungan oksigen dan
suhu yang stabil. Untuk menjamin tersedianya oksigen dapat digunakan aerator,
sedangkan suhu pada bak pemijahan diusahakan sama dengan suhu air kolam dengan
tingkat perbedaan (fluktuasi) kurang dari 5oC.
2.2. Pakan
Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivora (pemakan segala). Meski demikian ia biasa makan apa saja yang bisa dimakan, seperti pucuk daun, atau berburu cacing di dasar sungai. Maka inilah guna dari sungut yang ada pada mulut ikan. Pakan buatan untuk pembesaran koi dapat diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Sumber protein utama adalah formulasi kombinasi antara bahan nabati (misalnya tepung kedelai, tepung jagung, tepung gandum, tepung daun, dll) dan bahan hewani (seperti; tepung ikan, tepung kepala udang, tepung cumi,kekerangan dll) serta multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co sebagai pelengkap pakan.
Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan astasantin (merah).Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh hewan dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat karotin; sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin; spirulina, kepiting, udang mengandung astasantin.Para pembudidaya saat ini tidak perlu lagi menyiapkan pakan sendiri karena sudah tersedia di pasaran pakan koi yang sudah di formulasi sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan zat untuk pembentukan warna ikan koi.
Pakan alami atau pakan hidup misalnya cacing darah, cacing
tanah, daphnia, cacing tubifex cocok diberikan pada benih koi (hingga bobot 50 g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan kondisi sistem pencernaan, selain itu koi juga dapat memakan phitoplankton dalam kolam.
Jumlah pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dalam kolam dengan kisaran kebutuhan 3-5 % per-hari, dengan frekuensi pemberian 2-3 kali per-hari hal ini juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan media air pemeliharaannya.
Menurut pengalaman dan penelitian bertahun – tahun, ditemukanlan bahan – bahan aktif yang dapat ditambahkan untuk membuat warna koi lebih cemerlang.Koi yang dipelihara di kolam Lumpur ternyata memiliki kualitas warna yang lebih cemerlang dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam tembok. Ternyata ikan loi tersebut banyak menyantap ganggang yang memang tumbuh di Lumpur. Ganggang yang dimakan koi mengandung banyak zat karoten.Maka kalau anda ingin menambah warna ikan lebih cemerlang beri makan “krill”, paprika, dan daun marigold, semuanya dapat anda campurkan dalam makanannya. Banyak makanan sumber karoten ini sudah dalam bentuk extract sehingga mudah dicampurkan dengan pellet atau roti.
2.3. Pembenihan
Kolam pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri.Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna.
Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih.Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai.
Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass.Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.
Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan minimal 1 kg.Kebanyakan pembudidaya memilih untuk membeli koi berkualitas baik untuk calon induk dengan ukuran 5-8 cm yang harganya murah untuk dibesarkan menjadi induk.
Secara alami, carp memijah pada
musim semi dan menjadi matang gonad dengan menaikkan suhu air.Induk jantan dan
betina ditempatkan dalam wadah terpisah (untuk menghindari bertelur yang tidak
diinginkan) dan tidak diberi pakan selama beberapa hari.
Koi dapat memijah secara alami dan buatan yaitu dengan rangsangan hormon yang disuntikkan pada tubuh induk betina untuk mempercepat proses pembuahan. Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan dosis 0,2 mg/kg bobot ikan untuk satu kali penyuntikan.
Ovulasi akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan. Sistem pemijahan tanpa pengurutan/stripping ini disebut pemijahan semi alami yang lebih aman karena tanpa melukai ikan. Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami sehingga perlu bantuan proses pembuahan buatan, maka dilakukan pengurutan telur dan sperma (stripping) yang merupakan pilihan terakhir.
Induk betina dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat badan. Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan adalah 2 betina dan 1 jantan. Biasanya telur yang dikelurkan oleh induk betina menempel pada substrat (injuk) yang segera dibuahi oleh sperma jantan.Setelah telur dibuahi sebaiknya dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk dari wadah pemijahan atau sebaliknya telur yang diangkat dan dipindahkan kedalam wadah penetasan.
2.4. Pendederan
Telur yang sudah dibuahi akan
menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu. Selama penetasan, kepadatan telur
adalah 1 kg per 5 liter air.Larva yang baru menetas belum memerlukan pakan
selama 3-4 hari, karena masih mempunyai kantong kuning telur.
Menjelang kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami berupa naupli artemia atau pakan alami lainnya yang seukuran. Kemudian secara bertahap dapat diberikan pakan buatan berupa butiran kering(pellet). Dalam 5 hari sesudahnya 1 juta larva memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg per hari. Pada tahap ini larva ditebar pada kepadatan 20-40 larva/liter.Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan sekitar 25kg telur artemia.Sintasan selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10 mg dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-.
Larva yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran) kering dan dapat didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram). Pendederan terbagi atas 2 tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan hingga larva mencapai ukuran fingerling (2-3 cm).Pendederan II dilakukan dalam kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan dilakukan seleksi dan penjarangan (mengurangi kepadatan).Penjarangan bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan koi.Seleksi bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik.
Waktu yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram) adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%.Sedangkan untuk mencapai ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan.Kualitas ikan koi (pola dan warna) bergantung dari tetuanya.Dari hasil seleksi ukuran fingerling, yang afkir mencapai 25-50%.Dari 1 juta telur dapat dihasilkan 225.000-338.000 ekor fingerling berkualitas baik (22–33 %).
2.5. Pewarnaan
Kualitas koi ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis koi dan kejelasan warna.Pola warna yang simetris dengan batasan jelas antar warna menunjukkan kualitas yang baik.
Genotip menentukan jumlah dan jenis sel pigmen serta kromatofora.Kromatofora menghasilkan warna juga dipengaruhi otak ikan.Ikan pada wadah gelap cenderung berwarna gelap, begitu pula sebaliknya.Warna dapat berubah bila ikan mengalami tekanan (stres).Biasanya ikan yang tumbuh lambat mempunyai warna yang lebih baik daripada ikan yang tumbuh cepat karena pigmen bisa diubah dan digunakan untuk pertumbuhan tubuh.Seumur hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan menggunakan pigmen. Koi muda yang berwarna pucat apabila diberikan pakan berpigmen selama 6 minggu sebelum dipasarkan akan berwarna menarik. Intensitas warna tergantung dari jumlah pigmen dalam kromatofora.Pigmen dapat muncul dengan adanya karotenoid dalam pakan.
2.6. Pra Panen
Koi tumbuh sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun dapat mencapai panjang hingga 1 m. Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar yaitu 20 cm dapat dipanen dan dilakukan seleksi akhir, dengan memisah-misahkan jenis, ukuran dan pola warna tubuhnya. Dari hasil seleksi ini, Koi yang terpilih dibesarkan di dalam bak atau kolam semen sambil menunggu harga pasar yang baik.
Dalam penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalu gemuk dibuat langsing atau yang terlalu kurus dibuat lebih gemuk. Pemeliharaan berikutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih baik jika dalam bak dilengkapi aerator sehingga kesegaran air terjamin dan dengan pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan kualitas warna tubuh ikan Koi.
Budidaya lobster air tawar merupakan salah satu usaha yang
dapat ditekuni.Harganya di pasaran cukup tinggi, sekitar 100 ribu rupiah per
kilogram, membuat budidaya lobster air tawar menjanjikan keuntungan bila
dilakukan dengan teknik yang benar.
Salah satu lokasi budidaya lobster air tawar terdapat di Desa Bojong Kantong, Kecamatan Langen Sari, Banjar, Jawa Barat. Proses pembesaran dilakukan di kolam sawah, sehingga lobster dapat tumbuh lebih cepat.
Lokasi budidaya lobster air tawar di Banjar, Jawa Barat, dari Jakarta dapat dicapai melalui jalan tol Cipularang.Keluar di pintu tol Cileunyi, perjalanan kemudian dilanjutkan ke arah Priangan Timur, tepatnya di Desa Bojong Kantong, kecamatan Langen Sari.
Disinilah budidaya lobster air tawar di lakukan, di areal seluas 1.400 meter persegi milik Endang Hardi.Dia telah menekuni usaha ini sejak 8 tahun lalu, dengan bantuan teknis dari Universitas Galuh Ciamis.
Lobster yang dibudidayakan disini jenis red clow atau penjapit merah, yang bibitnya didatangkan dari Australia. Jenis ini paling banyak diminati pasar, terutama untuk restoran sea food, dan hotel berbintang.
Budidaya lobster air tawar disini mulai dari pemijahan. Proses pemijahan dilakukan di bak semen. Induk lobster disatukan di dalam bak hingga terjadi perkawinan dan membuahkan telur.
Proses pembesaran lobster dilakukan di kolam tanah di tengah sawah. Lobster tumbuh optimal di kolam air tawar dengan ph antara 7 hingga 9, dan suhu antara 23 hingga 30 derajat celsius.
Pemeliharan lobster air tawar relatif tidak sulit.Untuk kolam tanah, makanannya tersedia secara alami berupa plankton.Sebagai makanan tambahan diberikan campuran parutan singkong, buah pepaya dan pelet.Pakan tambahan ini ditebarkan ke kolam sekali sehari.
Lobster dipanen setelah dipelihara selama enam bulan. Pada usia tiga bulan seperti ini, lobster sudah dapat dikonsumsi, namun dari sisi ukuran belum layak, karena belum memenuhi kriteria permintaan pasar.
Lobster jenis penjapit merah dipasarkan di kota-kota di Pulau Jawa. Harganya sekitar 100 ribu rupiah per kilogram.Harga jual lobster di pasaran yang cukup menggiurkan, membuat usaha budidaya ini layak untuk ditekuni karena menjanjikan keuntungan.
Permintaan lobster air tawar jenis penjapit merah cukup tinggi dan belum seluruhnya dapat dipenuhi.Setiap minggunya sentra budidaya lobster air tawar ini menerima permintaan sekitar 5 kwintal lobster, namun baru dapat dipenuhi sekitar 1 kwintal saja.
Kini saatnya untuk mencicipi kelezatan rasa lobster air tawar.Kebetulan Pak Endang dan keluarganya telah menyiapkan lobster untuk kami nikmati bersama-sama.Hmmm, ternyata, rasa lobster air tawar ini memang lezat.Tidak salah bila banyak digemari dan harganya mahal.
Salah satu lokasi budidaya lobster air tawar terdapat di Desa Bojong Kantong, Kecamatan Langen Sari, Banjar, Jawa Barat. Proses pembesaran dilakukan di kolam sawah, sehingga lobster dapat tumbuh lebih cepat.
Lokasi budidaya lobster air tawar di Banjar, Jawa Barat, dari Jakarta dapat dicapai melalui jalan tol Cipularang.Keluar di pintu tol Cileunyi, perjalanan kemudian dilanjutkan ke arah Priangan Timur, tepatnya di Desa Bojong Kantong, kecamatan Langen Sari.
Disinilah budidaya lobster air tawar di lakukan, di areal seluas 1.400 meter persegi milik Endang Hardi.Dia telah menekuni usaha ini sejak 8 tahun lalu, dengan bantuan teknis dari Universitas Galuh Ciamis.
Lobster yang dibudidayakan disini jenis red clow atau penjapit merah, yang bibitnya didatangkan dari Australia. Jenis ini paling banyak diminati pasar, terutama untuk restoran sea food, dan hotel berbintang.
Budidaya lobster air tawar disini mulai dari pemijahan. Proses pemijahan dilakukan di bak semen. Induk lobster disatukan di dalam bak hingga terjadi perkawinan dan membuahkan telur.
Proses pembesaran lobster dilakukan di kolam tanah di tengah sawah. Lobster tumbuh optimal di kolam air tawar dengan ph antara 7 hingga 9, dan suhu antara 23 hingga 30 derajat celsius.
Pemeliharan lobster air tawar relatif tidak sulit.Untuk kolam tanah, makanannya tersedia secara alami berupa plankton.Sebagai makanan tambahan diberikan campuran parutan singkong, buah pepaya dan pelet.Pakan tambahan ini ditebarkan ke kolam sekali sehari.
Lobster dipanen setelah dipelihara selama enam bulan. Pada usia tiga bulan seperti ini, lobster sudah dapat dikonsumsi, namun dari sisi ukuran belum layak, karena belum memenuhi kriteria permintaan pasar.
Lobster jenis penjapit merah dipasarkan di kota-kota di Pulau Jawa. Harganya sekitar 100 ribu rupiah per kilogram.Harga jual lobster di pasaran yang cukup menggiurkan, membuat usaha budidaya ini layak untuk ditekuni karena menjanjikan keuntungan.
Permintaan lobster air tawar jenis penjapit merah cukup tinggi dan belum seluruhnya dapat dipenuhi.Setiap minggunya sentra budidaya lobster air tawar ini menerima permintaan sekitar 5 kwintal lobster, namun baru dapat dipenuhi sekitar 1 kwintal saja.
Kini saatnya untuk mencicipi kelezatan rasa lobster air tawar.Kebetulan Pak Endang dan keluarganya telah menyiapkan lobster untuk kami nikmati bersama-sama.Hmmm, ternyata, rasa lobster air tawar ini memang lezat.Tidak salah bila banyak digemari dan harganya mahal.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis
ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam
bisnis ikan air tawar dunia. Beberapa hal yang mendukung pentingnya komoditas
nila adalah a) memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap kualitas air
dan penyakit, b) memilliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan c)
memiliki kemampuan yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari
bahan organik, limbah domestik dan pertanian, d) memiliki kemampuan tumbuh yang
baik, dan e) mudah tumbuh dalam sistem budidaya intensif.
Sebagai salah satu jenis ikan air tawar, nila telah lama
pula dikembangkan sebagai komoditi ekspor baik dalam bentuk ikan utuh maupun
dalam bentuk fillet.Negara-negara pengekspor ikan nila antara lain China,
Ekuador, Kuba, Honduras, dan juga Indonesia. Adapun negara-negara yang tercatat
sabagai pengimpor ikan nila antara lain Timur Tengah, Singapura, Jepang dan
Amerika Serikat. Kebutuhan ikan nila Amerika Serikat cukup tinggi sedangkan
produksi nila domestik belum dapat memenuhi kebutuhannya. Pada tahun 1998 impor
nila Amerika Serikat dari manca negara mencapai 45 ton dan pada tahun 1999
meningkat lagi 15% atau sekitar 52 ton.
Pengembangan budidaya nila di Indonesia telah dimulai sejak
tahun 1969. Namun demikian budidaya secara intensif mulai berkembang tahun
1990-an yang berkaitan dengan maraknya budidaya nila di Keramba Jaring Apung.
Perkembangan budidaya intensif di Indonesia belum begitu menggembirakan karena
beberapa faktor antara lain masih rendahnya efisiensi produksi dan rendahnya
harga pasar disamping pengadaan benih dan induk yang bermutu.
Pengkajian teknologi budidaya ikan nila dalam mendukung
intensifikasi pembudidayaan diarahkan untuk meningkatkan efisiens produksi,
dalam rangka meningkatkan daya saing harga. Beberapa upaya yang berkaitan
dengan pengkajian teknologi antara lain pengkajian teknik pembenihan, yang
meliputi; kontruksi kolam pemijahan, teknik pengelolaan induk dalam pemijahan
(jumlah induk minimal yang dipijahkan dalam rangka menghambat laju silang
dalam), teknik produksi benih tunggal kelamin jantan dan benih steril (melalui
hormonisasi, YY-Male, dan tetraploidisasi). Sedangkan pengkajian teknik
pembesaran diarahkan untuk menghasilkan ikan konsumsi yang memenuhi persyaratan
ukuran permintaan ekspor (ukuran ikan minimal 500 gram per ekor) antara lain
melalui kajian penggunaan benih tunggal kelamin.
4.
Budidaya Ikan Nila
1.
Pembenihan
a.
Kontruksi Kolam
Kontruksi kolam yang digunakan merupakan penyempurnaan dari
kontruksi sebelumnya yang menggunakan pintu monik sebagai out let.Outlet kolam
menggunakan “standing pipe”.Kontruksi ini tidak memerlukan kayu papan untuk
menutup pintu pengeluaran kolam (outlet), saat pemanenan cukup dengan memiringkan
pipa sedikit demi sedikit sehingga larva tidak terbawa arus kuat, kematian
larva dan induk pun relatif sangat sedikit.Tenaga kerja efisien dan efektif,
yaitu cukup dua orang untuk kolam dengan luas 800 m2. Konstruksi dasar kolam
dilengkapi dengan bak yaitu disebut dengan istilah kobakan berbentuk persegi
panjang dengan luas sekitar 0,5 sampai 1,5% dari luas kolam, dan tingginya
50-70 cm. dibuat dekat outlet kolam, dengan fungsi utamanya adalah sebagai
tempat berkumpulnya induk dan larva pada saat pemanenan. Saluran dasar kolam
(kemalir) dibuat dari inlet hingga ke kobakan yang berfungsi untuk memudahkan
induk dan larva dapat berkumpul dalam kobakan pada saat panen.
b.
Persiapan Kolam
Persiapan kolam untuk kegiatan pemijahan ikan nila antara
lain peneplokan/ perapihan pematang agar pematang tidak bocor, meratakan dasar
kolam dengan kemiringan mengarah ke kemalir, membersihkan bak kobakan, menutup
pintu pengeluaran dengan paralon, pemasangan saringan di pintu pemasukan serta
pengisian kolam dengan air. Pemasangan saringan dimaksudkan untuk menghindari
masuknya ikan-ikan liar sebagai predator atau kompetitor yang dapat
mempengaruhi kuantitas hasil produksi maupun kualitas benih yang dihasilkan.
c. Pemijahan
BBAT Sukabumi mengembangkan sistem pengelolaan induk dalam
satu unit produksi benih dengan mempertimbangkan bilangan pemijah.Jumlah induk
dalam satu populasi pemijahan secara masal disebut satu paket. Satu paket induk
berjumlah 400 ekor yang terdiri dari 100 ekor jantan dan 300 ekor betina (Ne =
±133,3). Dengan induk sejumlah ini diharapkan dapat menghambat laju silang
dalam dan memungkinkan keturunannya dapat dijadikan induk kembali setelah
melalui kegiatan seleksi.
Penebaran induk dilakukan pada pagi hari saat suhu udara dan
air masih rendah.Padat tebar induk adalah 1 ekor/m2, sehingga satu paket induk
sebanyak 400 ekor memerlukan lahan untuk pemijahan seluas 400 m2.Satu periode
pemijahan berlangsung selama 10 hari untuk dapat dilakukan pemanenan larva.
Proses pemijahan sendiri dapat berlangsung selama delapan periode pemijahan
dengan delapan kali pemanenan larva, tanpa harus mengangkat induk. Setelah
akhir periode, induk diangkat dari kolam pemijahan dan dipelihara secara
terpisah antara jantan dan betina untuk pematangan gonad selama 15
hari.Selanjutnya paket induk tersebut dimasukkan kembali kedalam kolam
pemijahan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
d. Pengelolaan Pakan dan Air
Dosis pemberian pakan adalah 3% dari bobot biomas untuk lima
hari pertama pemijahan dan 2-2,5% untuk lima hari berikutnya sampai panen
larva. Penurunan dosis pemberian pakan ini disesuaikan dengan kondisi bahwa
sebagian induk betina sedang mengerami telur dan larva. Pakan yang diberikan
harus cukup mengandung protein ( 28-30%).
Selama pemijahan debit air diatur dalam dua tahap, yakni 5
hari pertama lebih besar 5 hari kedua. Debit air dalam 5 hari pertama adalah
dalam rangka meningkatkan kandungan oksigen dalam air, memacu nafsu makan induk
disamping mengganti air yang menguap. Dengan demikian air yang mengalir ke
kolam terlimpas ke luar kolam melalui saluran pengeluaran.
Sedangkan untuk 5 hari kedua debit air hanya dimaksudkan
untuk mengganti air yang terbuang melalui penguapan sedemikian rupa tanpa
melimpaskan air ke luar kolam. Hal ini untuk menghindari hanyutnya larva juga
menghindari limpasnya pakan alami yang terdapat di kolam pemijahan, sebagai
makanan awal bagi larva.
e.
Panen Larva
Panen larva dilakukan setiap sepuluh hari sekali pada pagi
hari.Tergantung luas kolam, penyurutan kolam dapat mulai disurutkan sehari
sebelumnya.Penyurutan air kolam dilakukan pertama-tama sampai setengah-nya.
Sebelum surut total, bak tempat panen larva perlu dibersihkan dari lumpur
dengan cara membuka sumbat outlet kobakan. Penyusutan secara total dilakukan
sampai air hanya tersisa pada kobakan saja. Induk dan larva akan berkumpul pada
kobakan, dan segera dilakukan pengambilan larva menggunakan scoop net. Kemudian
larva ditampung sementara dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan mesh size 1,0
mm. Proses pengambilan larva ini dapat dilakukan oleh dua orang. Pemungutan
larva dilakukan secara total sampai bersih termasuk yang masih terdapat dalam
sarang, dengan cara membongkar sarang dan mengarahkan larva ke kobakan.
Sarang tempat pemijahan induk nila yang berbentuk bulat di
dasar kolam perlu dihitung untuk menaksir jumlah induk yang memijah dan
diratakan kembali. Ukuran larva yang dipanen ada dua ukuran, untuk itu perlu
dilakukan sortasi menggunakan hapa mesh size 1,5 mm. Jumlah induk betina yang
memijah sebanyak 30-40% dengan perolehan larva sebanyak 60.000-80.000
ekor/paket/10 hari
Larva ukuran kecil ( 9,0 sampai 13 mm) dapat digunakan untuk
tujuan jantanisasi menggunakan pakan berhormon. Sedangkan larva ukuran besar
dapat langsung didederkan dalam wadah pendederan.
2.
Pendederan
a.
Kontruksi kolam
Kontruksi kolam pendederan sama dengan untuk pemijahan.
Tujuan lain dari kontruksi yang sama tersebut adalah bahwa antara kolam induk
dan kolam benih dapat saling bergantian dalam penggunaannya.
b. Persiapan Kolam
Persiapan kolam untuk kegiatan pendederan ikan nila antara
lain peneplokan pematang dengan kontruksi tanah, meratakan dasar kolam dengan
kemiringan mengarah ke kemalir, membersihkan bak kobakan, menutup pintu
pengeluaran dengan paralon, pemasangan penyaring di pintu pemasukan air,
pemupukan dengan dosis 250-500 gram/m2 (sesuai dengan kesuburan tanah dan air),
pengapuran (bila perlu) serta pengisian kolam dengan air. Pemasangan penyaring
dimaksudkan untuk menghindari masuknya predator, ikan-ikan lain dan atau ikan
nila jenis lain yang dapat mempengaruhi tidak hanya dari segi kuantitas hasil
produksi, tetapi juga kualitas benih yang dihasilkan.
c.
Padat Tebar
Pendederan ikan nila dilakukan dalam dua atau tiga
tahap.Pendederan tiga dapat langsung merupakan lanjutan dari pendederan kedua.
Lama pendederan pertama adalah 30 hari dengan target benih berukuran 3-5 cm.
Pendederan kedua dan ketiga, masing-masing juga 30 hari. Benih hasil pendederan
ketiga berukuran sekitar 20-30 gram/ekor.Padat tebar pendederan pertama adalah
100-200 ekor/m2, sedangkan untuk pendederan kedua dan ketiga masing-masing
75-100 dan 50 ekor/m2.
d.
Pengelolaan Pakan dan Air
Dosis pemberian pakan pendederan 1, 2 dan 3 masing-masing
adalah 20, 10 dan 5% dari bobot biomas/hari. Pakan diberikan sehari 3
kali.Kandungan protein dalam pakan sekitar 26-28%.
Debit air dalam pendederan satu dan kedua tidak terlalu
besar, yakni sekedar mengganti air yang menguap dan rembes. Namun untuk
pendederan ketiga debit air juga dimaksudkan untuk meningkatkan daya dukung
media terutama ketersedian oksigen yang berguna dan dapat meningkatkan nafsu
makan serta laju pertumbuhan.
e.
Panen Benih
Panen
benih harus dilakukan pada saat suhu air kolam dan udara relatif sejuk,
terutama pada pagi hari.Hal ini untuk menekan angka kematian saat panen.
Langkah-langkah kerja dalam aktifitas panen benih sama halnya dengan kegiatan
panen larva
f.
Kriteria Mutu Benih Ikan Nila
Selain
penguasaan teknik pembenihan, para pembenih juga sangat dianjurkan mengetahui
kriteria benih yang sesuai dengan SNI.Berikut ini merupakan kriteria mutu benih
ikan nila hitam berdasarkan SNI 01-6140-1999, yang terdiri dari kriteria
kualitatif (Tabel 1) dan kriteria kuantitatif (Tabel 2).
Tabel 1. Kriteria Kualitatif Larva
dan Benih Nila Hitam Kelas Benih Sebar
Kriteria
|
Larva
|
Benih
|
Asal
|
Hasil penetasan telur dari pemijahan induk kelas pokok
antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan (jangan inbreeding)
|
Larva berumur sekitar 7 hari, hasil pemijahan induk kelas
induk pokok antara jantan dan betina yang tidak satu keturunan
|
Warna
|
Hitam
|
Bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna
gelap sampai hijau kelabu
|
Bentuk tubuh
|
Normal
|
Normal
|
Gerakan
|
Bergerak di permukaan sampai dasar wadah
|
Bergerombol di permukaan tepi wadah dan aktif menyongsong
air baru serta ekor bergerak sangat cepat sehingga tidak terlihat jelas
gerakannya
|
Tabel 2.Kriteria Kuantitatif Larva
dan Benih Nila Hitam Kelas Benih Sebar.
Kriteria
|
Satuan
|
Larva
|
Pend.I
|
Pend. II
|
Pend. III
|
Umur
|
Hari
|
7
|
30
|
60
|
90
|
Panjang total
|
Cm
|
0,6 – 0,7
|
3-5
|
5-8
|
8-12
|
Bobot minimal
|
Gram
|
0,02
|
1,5
|
3,0
|
15
|
Keseragaman ukuran
|
%
|
90
|
90
|
80
|
80
|
Keseragaman warna
|
%
|
90
|
90
|
100
|
100
|
Keseragaman kelincahan gerak akibat rangsangan luar
|
%
|
80-90
|
90-100
|
90-100
|
90-100
|
Keseragaman gerak melawan arus
|
%
|
80-90
|
90-100
|
90-100
|
90-100
|
Ukuran panen
|
Cm
|
3-5
|
5-8
|
8-10
|
10-12
|
Dan masi ada komoditas lainnya yang dapat di budidayakan
pada kolam air tenang ini sperti ikan udang galah, patin,tawes,bawal nila dan
komoditas lainnya
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar